OPINI - Kecerdasan tentunya merupakan suatu kapasitas yang tidak saja bernilai intelektualisme. Tapi, kecerdasan juga memiliki nilai kreatif dan adaptif terhadap semua masalah kehidupan, artinya siapapun kita yang memiliki kapasitas kecerdasan, akan senantiasa hadir sebagai jawaban terbaik terhadap semua masalah kehidupan.
Sejarah Indonesia, tentunya telah mencatat sangat banyak manusia-manusia pintar alias memiliki ilmu pengetahuan yang optimal. Kemudian, sejarah Indonesia pun telah mencatat manusia-manusia cerdas, walaupun tidak sebanyak manusia-manusia pintar.
Menurut hemat saya, kecerdasan dan kepintaran memiliki perbedaan subtansial, bahwa kepintaran hanya memiliki satu nilai, yakni intelektualisme. Sedangkan, kecerdasan adalah setiap manusia yang tidak saja memiliki kemampuan intelektualisme, tapi juga memiliki kemampuan kreatif serta adaptif dengan semua masalah kehidupan.
Perjalanan panjang bangsa dan negara Indonesia, sejak era kemerdekaan dan era pembangunan, hingga saat ini. Tentunya, tidak terlepas atas kolaborasi terbaik dua nilai yang dimaksudkan, yakni kepintaran dan kecerdasan. Kolaborasi terbaik, antara manusia pintar dan manusia cerdas tentunya telah mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
Baca juga:
Tony Rosyid: Pemilu Ditunda? No Way!
|
Sebut saja, kepemimpinan soekarno sebagai presiden dalam memulai perjalanan bangsa dan negara Indonesia, senantiasa didampingi oleh manusia-manusia pintar yang memiliki ilmu pengetahuan optimal. Kemudian, perjalanan soeharto sebagai presiden kedua Indonesia, juga tidak terlepas dari pendampingan para intelektualisme, hingga kepemimpinan Indonesia saat ini.
Setiap kepemimpinan Indonesia, meniscayakan kekuatan intelektualisme guna memaksimalkan siapapun presiden Indonesia. Kondisi yang demikian, dikarenakan kapasitas presiden Indonesia tidak memiliki kapasitas kecerdasan yang optimal, sehingga membutuhkan pendampingan dan kolaborasi dengan pihak para intelektualisme.
Kepemimpinan Indonesia yang demikian, sejatinya menurut saya, telah mempertegas ketidakmandirian kepemimpinan Indonesia. Sehingga kemudian, mempengaruhi nilai kepemimpinan 'siapapun presidennya. Sangat wajar, apabila kepemimpinan Indonesia seringkali terjebak pada kepentingan pihak lain, yang tentunya memiliki tujuan berbeda dalam membangun masa depan Indonesia.
Dengan demikian, guna memastikan kemajuan Indonesia di masa depan, tentunya dibutuhkan kepemimpinan yang cerdas atau presiden cerdas. Artinya, kepemimpinan atau presiden cerdas 'meniscayakan kekuatan intelektualisme, kekuatan emosionalitas, kekuatan kreatifitas, dan kemampuan adaptif terhadap setiap masalah, tidak lagi dimiliki oleh manusia yang berbeda, tapi hanya dimiliki oleh satu manusia 'yakni presiden Indonesia.
Baca juga:
Tony Rosyid: Anies dan Fenomena Capres 2024
|
Keniscayaan kepemimpinan cerdas, tentunya demi mempertegas kemandirian kepemimpinan Indonesia dalam memastikan kemajuan Indonesia di masa depan. Bahwa, memastikan Indonesia sebagai negara maju, harus dinilai atas sejauh mana nilai kemandirian kepemimpinan atau presiden Indonesia. Sejauh mana yang bersangkutan presiden Indonesia, secara mandiri berpikir dan bertindak atas kemampuan terbaiknya, tanpa intervensi oleh pihak lain yang belum tentu memiliki tujuan yang sama dalam membangun masa depan Indonesia kearah yang sebaik-baiknya.
Jakarta, 25 Juni 2023
Saiful Chaniago/Waketum DPP KNPI